Tanda Tangan Palsu Di Balik Beasiswa
Pekan kemarin di kampus ada pengumuman bagi mahasiswa yang menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM). Dan puji syukur Alhamdulillah nama saya tercantum diantara nama-nama yang juga memperoleh beasiswa.
Awalnya beberapa bulan lalu di kampus, tertempel pengumuman pengajuan beasiswa dengan persyaratan yang mesti dipenuhi. Diantaranya, menunjukkan surat keterangan tidak mampu, surat penghasilan orang tua yang keduanya harus disahkan oleh pihak kelurahan. Dua persyaratan ini yang mau nggak mau membuat saya mudik untuk mengurusnya. Sedangkan persyaratan yang lain semisal transkrip nilai bisa saya urus dikampus tanpa harus mudik. *ya iyalah emangnya kelurahan ngeluarin transkrip.....*
Pengumpulan persyaratan waktu itu termasuk mepet karena saya baru mengurus siang sedangkan batas akhir disebutkan jam lima sore, ditambah lagi ada persyaratan yang belum saya miliki yakni surat keterangan kelakuan baik dari Dekan Fakultas. Untungnya SKKB ini tidak berdasarkan absensi selama kuliah, bagaimana kalo absensi diperhitungkan? Mungkin nama saya nggak ada di papan pengumuman pekan kemarin.
Soal keterangan tidak mampu, saya berhak untuk menyandang 'tidak mampu'. Karena yang saya maksudkan adalah saya belum mampu hidup mandiri tanpa bantuan dari ortu 100% , nggak salah kan? Kebetulan waktu itu saya belum melunasi uang kos. Nasib anak kos... hehehe...
Saya memilih beasiswa BBM daripada PPA karena merasa berpeluang untuk mendapatkannya. Karena PPA berdasarkan nilai akademik dan saya tahu yang mengajukan beasiswa ini tidak sedikit dan IP mereka saya yakini lebih baik dari saya.
Ini adalah beasiswa pertama saya. Karena beasiswa ini sifatnya pertahun dan dicairkan bertahap yang tentunya bersambung pada semester berikutnya kemungkinan besar ini adalah beasiswa terakhir mengingat tahun besok adalah semester akhir saya. Saya tidak mau berlama-lama kuliah hanya untuk memperoleh beasiswa. Saya bersyukur akhirnya bisa menikmati beasiswa ini.
Untuk mengambil beasiswa harus mengisi formulir keterangan yang diketahui oleh orang tua/ wali disertai fotocopy KTP. Saya masih menyimpan fotocopy orangtua, jadi tak perlu pinjam KTP ortu untuk difotocopy. Permasalah yang timbul adalah formulir yang harus ditanda tangani oleh orang tua. Fotocopy KTP sudah ditangan tinggal tanda tangan.
Apa saya harus mudikhanya untuk tanda tangan? sedangkan tanda tangan ini sekedar formalitas. Terpikirlah untuk memalsukan tanda tangan. Jumat lalu saya coba meniru tanda tangan ini, memang tak persis tapi berharap mirip. Saya lihat tanda tangan ortu yang ada di Fotocopy, terlihat mudah tapi tak semudah menirunya. Bahkan saya minta bantuan dari beberapa kawan untuk mencoba meniru tapi masih jauh dari kesan mirip. Setelah mencoba dibeberapa lembar, akhirnya menulis di formulir. WADUH!!!!!! ternyata tanda tangan saya kelihatan culun masih mending waktu coba-coba tadi. Memang tanda tangan tak harus selalu mirip/ sama tapi tanda tangan ini jelas-jelas tak jelas. Akhirnya saya batal mencairkan beasiswa hari jumat ini.
Senin kemarin (18/5), menjelang tengah hari saya minta formulir kembali. Sewaktu mengambil formulir saya diingatkan bahwa ini hari terakhir dan batasnya pengambilan adalah jam satu. Sempat melihat jam dinding yang ada diruangan kemudian permisi untuk keluar ruangan. Bergegas mengisi formulir disisa waktu.
Setelah beberapa kali minta bantuan kawan dan juga mencoba sendiri akhirnya selesai juga tanda tangan palsu itu. Simple, tanda tangan yang jauh dari kata mirip apalagi persis. Tak apa ini lebih bagus dibanding tanda tangan culun tempo hari.
Menjelang pukul satu saya menuju ruang Purek II, ternyata beliau sedang makan siang. Saya tetap dipersilahkan masuk dan ditanya apa keperluan saya. Setelah menandatangani bukti pengambilan akhirnya amplop yang berisi sejumlah uang dapat saya terima dengan baik.
Semoga pihak kampus tidak membaca tulisan saya ini, mengingat saya belum memperoleh beasiswa sepenuhnya karena dapat dicairkan beberapa tahap (lagi). Hehehe... Stttt,... jangan bilang-bilang ya.
Awalnya beberapa bulan lalu di kampus, tertempel pengumuman pengajuan beasiswa dengan persyaratan yang mesti dipenuhi. Diantaranya, menunjukkan surat keterangan tidak mampu, surat penghasilan orang tua yang keduanya harus disahkan oleh pihak kelurahan. Dua persyaratan ini yang mau nggak mau membuat saya mudik untuk mengurusnya. Sedangkan persyaratan yang lain semisal transkrip nilai bisa saya urus dikampus tanpa harus mudik. *ya iyalah emangnya kelurahan ngeluarin transkrip.....*
Pengumpulan persyaratan waktu itu termasuk mepet karena saya baru mengurus siang sedangkan batas akhir disebutkan jam lima sore, ditambah lagi ada persyaratan yang belum saya miliki yakni surat keterangan kelakuan baik dari Dekan Fakultas. Untungnya SKKB ini tidak berdasarkan absensi selama kuliah, bagaimana kalo absensi diperhitungkan? Mungkin nama saya nggak ada di papan pengumuman pekan kemarin.
Soal keterangan tidak mampu, saya berhak untuk menyandang 'tidak mampu'. Karena yang saya maksudkan adalah saya belum mampu hidup mandiri tanpa bantuan dari ortu 100% , nggak salah kan? Kebetulan waktu itu saya belum melunasi uang kos. Nasib anak kos... hehehe...
Saya memilih beasiswa BBM daripada PPA karena merasa berpeluang untuk mendapatkannya. Karena PPA berdasarkan nilai akademik dan saya tahu yang mengajukan beasiswa ini tidak sedikit dan IP mereka saya yakini lebih baik dari saya.
Ini adalah beasiswa pertama saya. Karena beasiswa ini sifatnya pertahun dan dicairkan bertahap yang tentunya bersambung pada semester berikutnya kemungkinan besar ini adalah beasiswa terakhir mengingat tahun besok adalah semester akhir saya. Saya tidak mau berlama-lama kuliah hanya untuk memperoleh beasiswa. Saya bersyukur akhirnya bisa menikmati beasiswa ini.
Untuk mengambil beasiswa harus mengisi formulir keterangan yang diketahui oleh orang tua/ wali disertai fotocopy KTP. Saya masih menyimpan fotocopy orangtua, jadi tak perlu pinjam KTP ortu untuk difotocopy. Permasalah yang timbul adalah formulir yang harus ditanda tangani oleh orang tua. Fotocopy KTP sudah ditangan tinggal tanda tangan.
Apa saya harus mudik
Senin kemarin (18/5), menjelang tengah hari saya minta formulir kembali. Sewaktu mengambil formulir saya diingatkan bahwa ini hari terakhir dan batasnya pengambilan adalah jam satu. Sempat melihat jam dinding yang ada diruangan kemudian permisi untuk keluar ruangan. Bergegas mengisi formulir disisa waktu.
Setelah beberapa kali minta bantuan kawan dan juga mencoba sendiri akhirnya selesai juga tanda tangan palsu itu. Simple, tanda tangan yang jauh dari kata mirip apalagi persis. Tak apa ini lebih bagus dibanding tanda tangan culun tempo hari.
Menjelang pukul satu saya menuju ruang Purek II, ternyata beliau sedang makan siang. Saya tetap dipersilahkan masuk dan ditanya apa keperluan saya. Setelah menandatangani bukti pengambilan akhirnya amplop yang berisi sejumlah uang dapat saya terima dengan baik.
Semoga pihak kampus tidak membaca tulisan saya ini, mengingat saya belum memperoleh beasiswa sepenuhnya karena dapat dicairkan beberapa tahap (lagi). Hehehe... Stttt,... jangan bilang-bilang ya.