Darwinisme, Atheis?
Berikut adalah tulisan oleh salah seorang sahabat saya, karena saya anggap menarik maka saya berniat memposting tulisannya dan tentunya telah mendapatkan izin dari yang bersangkutan. Tidak ada unsur SARA, hanya ingin share. Trims
Nothing wrong about Darwin
Nothing wrong about Darwin
He's just a humble pastor that tried to explain what he had seen in this sophisticated nature.
Kita seringkali mendengar pertentangan mengenai Charles Darwin, yang disebut-sebut sebagai bapak Evolusi.
Dia dituduh sebagai biang keladi atheis yang menentang kepercayaan akan kekuasaan Tuhan.
Sampai-sampai jargon "Darwinisme" disetarakan dengan kekafiran.
Bagaimana mungkin? Dia itu seorang pendeta yang taat. Dia melakukan perjalanan, lalu karena kagumnya atas ciptaan Tuhan itu, dia catat pengamatannya. Karena seorang yang teliti, dia menemukan sebuah keindahan dalam ciptaan Tuhan yang dia amati.
Maka ditulislah sebuah buku yang merupakan hasil analisisnya mengenai pola penciptaan makhluk hidup.
Bahkan bukunya pun baru ramai diminati dan diperbincangkan jauh sesudah kematiannya.
Kata "KUN FAYAKUN" tidak dapat ditafsirkan bahwa ALLAH menciptakan sesuatu secara sekonyong-konyong koder. Meskipun itu tidak mustahil bagi-Nya Yang Maha Kuasa.
Allah itu Indah dan mencintai keindahan, maka penciptaan segala sesuatu itu melalui proses yang Indah. Selayaknya kupu-kupu yang indah itu berasal dari ulat yang rakus menggerogoti dedaunan.
Mengapa kita tidak tersinggung melihat kupu-kupu yang begitu indahnya ternyata berasal dari ulat yang kadang kitapun jijik memegangnya?
Mengapa tersinggung kalau dikatakan bahwa manusia punya nenek moyang monyet?
Monyet kan juga ciptaan Tuhan yang jelas tidak ada manusia yang bisa bikin itu monyet.
Padahal Darwin sendiri sama sekali tidak berniat menyatakan bahwa manusia itu keturunan monyet.
Dia hanya tenggelam dalam indahnya ciptaan Tuhan, yang berproses secara anggun dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.
Ketika pemahaman kita picik dan dipenuhi prasangka
Ketika mata hati tertutup dan dada terbusung
Kesombongan berada dipihak yang menolak bahwa manusia itu JAUH berbeda dengan monyet.
Kera-kera itu hidup apa adanya, tak pernah berusaha ataupun sanggup merusak lingkungan, merusak ciptaan ALLAH yang agung
Hidup sederhana penuh pengabdian terhadap ekosistem sebagai anggota komunitas hutan yang taat menjalankan tugasnya di niche - nya di atas pohon sana.
Padahal manusia jauh lebih hina, karena diciptakan dari tanah yang hitam.
Yang dengan hawa nafsunya telah berhasil menciptakan kerusakan yang nyata dan penghinaan besar terhadap Mahakarya ALLAH yang bernama Bumi. Dengan bangga pula.
Kasihan Darwin yang hasil ketekunannya dijadikan pembenaran oleh kaum yang buta melihat kebesaran kuasa Tuhan.
Yang merasa hebat dan merasa berkuasa atas kehidupan setelah sanggup mengkloning domba cacat.
Proses evolusi yang begitu indahnya malah diartikan ketiadaan peran Tuhan. Benar-benar menghina!
Kata Einstein : Ilmu tanpa agama itu buta, dan agama tanpa ilmu itu pincang
Selama pemahaman kita mengenai agama adalah sebuah kebenaran hakiki, dan bukan sekedar pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan, maka selamanya ilmu pengetahuan itu ekuivalen dengan agama
Sebab keduanya bersumber pada Yang Satu: ALLAH!
Ketika ilmu digunakan sebagai pembenaran atas kemalasan. Selama kebenaran hakiki ditutup-tutupi. Selama kenyataan yang sebenarnya tidak terlihat, dan kita dininabobokan oleh imej palsu.....
Firman Allah:
"Mereka memiliki mata tetapi tidak melihat, mereka memiliki telinga tetapi tidak mendengar dan mereka memiliki hati namun tidak memahami, mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan jauh lebih buruk"
Mengapa kita harus merasa lebih unggul dari monyet, bahkan Sang Pemiliki Kebenaran Hakiki yang telah menciptakan kita pun mendeklarasikan bahwa manusia itu lebih rendah dari binatang ternak, pada kondisi tertentu.
Bagaimana membuktikan bahwa kita lebih unggul dari monyet?
Kita mesti gunakan mata, telinga dan hati kita sebaik-baiknya
Buktikan bahwa akal kita itu memang benar berguna
Kalau monyet bisa menjalankan tugasnya di niche-nya pemutar rantai makanan tingkat akhir yang mengolah buah dan serangga,
kita harus bisa buktikan kemanusiaan kita pada tugas di niche sebagai khalifah
Tugas berat yang tak sanggup ditanggung gunung-gunung, lautan, pepohonan dan bahkan malaikat sekalipun
Tugas untuk memakmurkan dan mensejahterakan seisi bumi, seluruh ekosistem yang ada di dalam
Bukan hanya memakmurkan manusianya saja tapi alamnya dirusak!
Apalagi cuma untuk kemakmuran cacing-cacing perut buncit sendiri!
Masih bisa mengaku lebih baik dari monyet?
Bahkan kucing pun tau kalo akar meniran punya khasiat tinggi untuk menyehatkan tubuh dan memperkuat stamina
Padahal ndak pernah sekolah farmasi!
Kita seringkali mendengar pertentangan mengenai Charles Darwin, yang disebut-sebut sebagai bapak Evolusi.
Dia dituduh sebagai biang keladi atheis yang menentang kepercayaan akan kekuasaan Tuhan.
Sampai-sampai jargon "Darwinisme" disetarakan dengan kekafiran.
Bagaimana mungkin? Dia itu seorang pendeta yang taat. Dia melakukan perjalanan, lalu karena kagumnya atas ciptaan Tuhan itu, dia catat pengamatannya. Karena seorang yang teliti, dia menemukan sebuah keindahan dalam ciptaan Tuhan yang dia amati.
Maka ditulislah sebuah buku yang merupakan hasil analisisnya mengenai pola penciptaan makhluk hidup.
Bahkan bukunya pun baru ramai diminati dan diperbincangkan jauh sesudah kematiannya.
Kata "KUN FAYAKUN" tidak dapat ditafsirkan bahwa ALLAH menciptakan sesuatu secara sekonyong-konyong koder. Meskipun itu tidak mustahil bagi-Nya Yang Maha Kuasa.
Allah itu Indah dan mencintai keindahan, maka penciptaan segala sesuatu itu melalui proses yang Indah. Selayaknya kupu-kupu yang indah itu berasal dari ulat yang rakus menggerogoti dedaunan.
Mengapa kita tidak tersinggung melihat kupu-kupu yang begitu indahnya ternyata berasal dari ulat yang kadang kitapun jijik memegangnya?
Mengapa tersinggung kalau dikatakan bahwa manusia punya nenek moyang monyet?
Monyet kan juga ciptaan Tuhan yang jelas tidak ada manusia yang bisa bikin itu monyet.
Padahal Darwin sendiri sama sekali tidak berniat menyatakan bahwa manusia itu keturunan monyet.
Dia hanya tenggelam dalam indahnya ciptaan Tuhan, yang berproses secara anggun dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.
Ketika pemahaman kita picik dan dipenuhi prasangka
Ketika mata hati tertutup dan dada terbusung
Kesombongan berada dipihak yang menolak bahwa manusia itu JAUH berbeda dengan monyet.
Kera-kera itu hidup apa adanya, tak pernah berusaha ataupun sanggup merusak lingkungan, merusak ciptaan ALLAH yang agung
Hidup sederhana penuh pengabdian terhadap ekosistem sebagai anggota komunitas hutan yang taat menjalankan tugasnya di niche - nya di atas pohon sana.
Padahal manusia jauh lebih hina, karena diciptakan dari tanah yang hitam.
Yang dengan hawa nafsunya telah berhasil menciptakan kerusakan yang nyata dan penghinaan besar terhadap Mahakarya ALLAH yang bernama Bumi. Dengan bangga pula.
Kasihan Darwin yang hasil ketekunannya dijadikan pembenaran oleh kaum yang buta melihat kebesaran kuasa Tuhan.
Yang merasa hebat dan merasa berkuasa atas kehidupan setelah sanggup mengkloning domba cacat.
Proses evolusi yang begitu indahnya malah diartikan ketiadaan peran Tuhan. Benar-benar menghina!
Kata Einstein : Ilmu tanpa agama itu buta, dan agama tanpa ilmu itu pincang
Selama pemahaman kita mengenai agama adalah sebuah kebenaran hakiki, dan bukan sekedar pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan, maka selamanya ilmu pengetahuan itu ekuivalen dengan agama
Sebab keduanya bersumber pada Yang Satu: ALLAH!
Ketika ilmu digunakan sebagai pembenaran atas kemalasan. Selama kebenaran hakiki ditutup-tutupi. Selama kenyataan yang sebenarnya tidak terlihat, dan kita dininabobokan oleh imej palsu.....
Firman Allah:
"Mereka memiliki mata tetapi tidak melihat, mereka memiliki telinga tetapi tidak mendengar dan mereka memiliki hati namun tidak memahami, mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan jauh lebih buruk"
Mengapa kita harus merasa lebih unggul dari monyet, bahkan Sang Pemiliki Kebenaran Hakiki yang telah menciptakan kita pun mendeklarasikan bahwa manusia itu lebih rendah dari binatang ternak, pada kondisi tertentu.
Bagaimana membuktikan bahwa kita lebih unggul dari monyet?
Kita mesti gunakan mata, telinga dan hati kita sebaik-baiknya
Buktikan bahwa akal kita itu memang benar berguna
Kalau monyet bisa menjalankan tugasnya di niche-nya pemutar rantai makanan tingkat akhir yang mengolah buah dan serangga,
kita harus bisa buktikan kemanusiaan kita pada tugas di niche sebagai khalifah
Tugas berat yang tak sanggup ditanggung gunung-gunung, lautan, pepohonan dan bahkan malaikat sekalipun
Tugas untuk memakmurkan dan mensejahterakan seisi bumi, seluruh ekosistem yang ada di dalam
Bukan hanya memakmurkan manusianya saja tapi alamnya dirusak!
Apalagi cuma untuk kemakmuran cacing-cacing perut buncit sendiri!
Masih bisa mengaku lebih baik dari monyet?
Bahkan kucing pun tau kalo akar meniran punya khasiat tinggi untuk menyehatkan tubuh dan memperkuat stamina
Padahal ndak pernah sekolah farmasi!