Aku Cinta Kau dan Dia (Curhatku pada Gee)
Gee, mengapa kesempatan kita untuk bertatap muka hanya beberapa saat saja. Padahal aku masih ingin berlama-lama denganmu. Jujur, aku menyimpan satu mimpi, satu angan untuk bisa berdua bersamamu. Meski hanya satu hari. Berjalan, nonton, ngobrol atau apalah yang jelas kita bisa nikmati itu semua.
Aku tak menyalahkan waktu yang terbatas, mungkin waktu yang tepat belum ada.
Seperti pertemuan kita beberapa waktu lalu. Kamu masih seperti dulu, kamu masih cantik. Tuturmu yang membuatku ingin selalu mendengarnya, tak ingin beranjak dari dirimu. Oh.... aku tak ingin bila semuanya berlalu dari benakku. Yang berbeda, mungkin sekarang ku tak bisa ucapkan kata sayang lagi. Meski demikian, jujur aku rindu dengan semua yang pernah ada.
Suasana hening dimalam hari dimana kita biasa lewati batas hari. Ku bisa mendengar cerita-cerita kecil sebagai obat rinduku padamu.
Kamu hadir disaat yang tepat, saat aku butuh teman yang bisa membuka mata ini, yang terus terlarut dalam kesendirian. Juga sikap antiku terhadap wanita namun masih dalam kewajaran, dan sikapku yang tertutup.
Kebersamaan denganmu yang membuatku ingin selalu dekat denganmu, menumbuhkan rasa rindu yang sangat akan kebersamaan itu.
Ya, aku akan cerita ke kamu, tentang problem yang aku alami. Sekedar mengingatkan Gee, kamu tahu kan tentang masa laluku yang 'anti' akan wanita? dan tak heran kalau aku punya masalah tentang cewek.
Ku tarik nafas perlahan dan ku hembuskan kemudian. Sejenak ku terdiam untuk mulai bercerita.
Saat ini aku sedang atau pernah (aku bingung harus bilang apa) dekat dengan cewek. Pertama kali kenal sejak awal puasa tahun 2006 lalu. Aku kenal dia lewat sms nyasar, sama seperti pertama kali aku kenal kamu. Usianya diatasku. Bagiku bukan masalah karena aku lebih senang berteman dengan cewek yang usianya diatasku dan dewasa, kalaupun usianya dibawahku aku harap dia lebih dewasa daripada umurnya. Alasan mengapa aku lebih suka dengan orang yang lebih dewasa karena aku merasa lebih nyaman saja. Upps,. Malah jadi ceramah hehe,.
Awalnya tak ada yang spesial hubunganku dengan dia. Semua berjalan seperti biasa. Saling kirim SMS atau telpon, sekedar tanya kabar juga kesibukan masing-masing. Aku juga ada curhat ke dia tentang masa laluku, keluarga, sikap 'antiku' dan apa yang pernah terjadi dengan kita. Dia pun cerita tentang keluarga, juga pacarnya yang sudah bekerja di luar kota.
Hingga suatu ketika dia ada curhat, kalau hubungan dia dan pacarnya ada problem. Hal yang lumrah bagi orang yang menjalin hubungan apalagi kalau long distance. Rasa saling percaya yang super ekstra dan komunikasi yang lancar harus dipenuhi, dan jangan dekati kata selingkuh.
Suatu ketika di akhir bulan mei 2007, kami berjanji untuk ketemu. Dia datang dengan keponakannya. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Jujur Gee, meski kadang aku malas ngobrol atau sekedar basa-basi ke cewek yang belum aku kenal, tapi soal janji ketemu dengan orang atau cewek yang belum aku tau atau kenalpun aku bersedia. Seperti kata kamu dulu yang selalu ku ingat Gee, kalau aku harus berubah. Sekarang aku mulai tak canggung dengan lawan jenis. Mungkin karena lingkungan yang membuat aku berubah. Perlahan tapi pasti perubahan ke arah positif terjadi. Insya Allah. Doain aja.
Setelah pertemuan itu, dia lebih sering kirim SMS atau telpon aku. Akupun belum 'ngeh' dengan perubahan yang terjadi saat itu. Hingga suatu malam di awal bulan juni dia kirim sms yang kurang lebih isinya, semenjak pertemuan denganku, dia ngerasa ada yang mengganjal seolah dia ingin lebih dekat denganku.
Saat itu aku tak tahu bagaimana aku membuat kesimpulan dan mengambil sikap. Akupun bertanya padanya maksud ucapannya itu, aku mau tahu detil pastinya. Mungkin kamu berkesimpulan bahwa dia ada rasa ke aku. Jujur Gee, seumur-umur baru pertama kalinya ada cewek yang mengungkapkan perasaannya ke aku (bukan ge-er Gee, serius), dan yang membuatku bingung adalah statusnya yang sudah punya pacar, aku tak mau memperkeruh suasana. Jika sebatas teman curhat yang berusaha mencari solusi permasalahannya aku tak keberatan. Kamu sendiri sedikit banyak tahu tentang aku dulu seperti apa. Belum pernah menjalin hubungan spesial atau pacaran. Karena bagiku menjadi pemuja rahasia sudahlah cukup.
Pertama kalinya aku mengungkapkan rasa sukaku ke cewekpun ke kamu. Semoga kamu tidak keberatan jika aku mengingat masa lalu itu, karena bagiku yang berlalu tak dapat berlalu begitu saja. Berharap kamu memahami. Maafkan aku Gee.
Alasan mengapa waktu itu tidak berterus terang dan bicara langsung tentang rasa sukaku ke kamu adalah, karena begitu takutnya aku kehilangan kamu. Juga perasaan bingung apakah kamu keberatan dengan caraku --bagaimana aku berusaha untuk lebih dekat dengan kamu-- itu.
Hingga akhirnya aku hanya berani mengungkapkan lewat tulisan yang harus ku bayar mahal sebagai resiko ke-pengecutanku. Yakni kepastian yang lama kunanti, sebuah jawaban pasti. Persahabatanlah yang terbaik untuk kita.
Entah kapan tepatnya aku merasakan apa yang pernah dia katakan padaku. Aku berkesimpulan dari adanya perasaan rindu, perasaan rindu yang sangat hingga timbul rasa takut akan kehilangan. Aku benar-benar jatuh hati Gee.
Meski sama-sama tahu akan adanya rasa itu, belum ada kata resmi adanya something spesial. jalani aja dulu, begitu alasannya.
Tentang status hubunganku dengannya, kami menyebutnya 'yang didepan mata'. Sering kali aku menyinggung 'yang didepan mata' ini. Dia selalu menolak, perlu waktu yang tepat alasannya. Dia katakan padaku, tak hanya aku pria yang dekat dengannya. Ada teman prianya yang tiba-tiba berterus terang ingin menjalin hubungan spsial dengannya, pria ini sudah lama memendam perasaan sukanya. Bahkan ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Ditambah lagi hubungan dia dan pacarnya yang masih menyimpan problem.
Aku katakan padanya, kan berusaha untuk siap menerima semua keputusan 'yang didepan mata' demi yang terbaik untuknya. Aku pun rela menangguhkan rasa sayangku demi aku tak kehilangan dia meski cintanya tak berpihak padaku.
Awalnya berjalan baik hingga aku berfikir ini akan berjalan baik seterusnya, terlalu pede dan egois memang. Banyak salah paham yang terjadi selanjutnya. Sebetulnya tak banyak tapi karena efeknya besar maka terkesan banyak. Aku belum bisa kasih detilnya, yang pasti salah paham itu membuatku berubah.
Huh... capek! Namanya cinta segalanya jadi berubah. Aku yang egois, yang hanya ingin tahu jika iya bilang 'iya' jika tidak bilang 'tidak', tak demikian dengan cinta. Seluruh tenaga dan pikiran terkuras, benar-benar tercurah dengan namanya cinta! Ku berusaha menghilangkan salah paham dan tumbuhkan rasa saling percaya antara aku dan dia. Pertama kalinyalah aku dibuat pusing karena cinta seperti ini. Ya, semua harus berubah dan perlu perubahan juga pengorbanan.
Selanjutnya komunikasi aku dan dia tak berjalan baik, itulah yang aku rasakan. Setiap aku mengirim SMS selalu tak ada balasan dari dia. Tidak seperti biasanya dia selalu membalas pesan dariku. Aku pernah menanyakan langsung padanya lewat telpon. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku telah berbuat salah, hingga sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.
"pokoknya ada....nggak tahu....lagi malas ngomong aja....lagi nggak mood....dll."
Bukan jawaban penjelasan yang aku dapat, malahan membuatku bingung.
Aku minta maaf jika telah buat salah padanya. Kamu tahu apa yang dia katakan kepadaku?
"udah bikin enjoy aja...tak usah terlalu dipikirkan...kamu tidak salah..." Begitu mudahnya dia bicara, sedangkan aku dibuat bingung karena tak ada jawaban pasti darinya. Bila demikian, terkadang aku berfikir untuk apa dia ungkapkan perasaannya ke aku waktu itu. Mungkin aku pun tak melibatkan perasaan yang habis terkuras. Cukup menjadi teman dan bersahabat tak perlu ada hati yang terluka.
Seminggu telah berlalu. Selama itulah aku mengirimkan pesan, dan tak satupun yang ia balas. Seminggu yang kunanti terasa sangat panjang. Bagai menanti hujan dimusim kemarau. Bukan maksudku untuk berlebihan, tapi itulah yang kurasa.
Tanpa jawaban pasti kulewati hari-hari. Hingga dimalam ini, aku sadar, aku menerka, yang jalas tak setengah sadar. Aku telah mendapatkan jawaban atas semua diamnya padaku. BAHWA TAK ADA LAGI RINDUNYA PADAKU!
Mungkin dia tak ingin menyakitiku lebih dalam, dan tak ingin membuatku terkapar oleh angan-angan yang terbayang. Dia ingin agar aku sadar bahwa 'yang didepan mata' telah dijawab dengan diamnya.
Yang tak kurelakan, seakan ia mempermainkanku dengan jawaban yang takpernah terucap.
Membangunkan pengemis lapar yang terlelap tidur, setelah terbangun memintanya tidur lagi. Bagaimana rasanya? Sakit memang.
Teringat perkataan dari sebuah novel yang pernah ku baca. Apabila kamu tidak dapat memiliki apa yang kamu cintai, maka cintailah apa yang kamu miliki.
Apa yang aku miliki? Kini tak ada lagi. Kecuali, sebuah kenangan.
Aku cinta kau dan dia.
Aku tak menyalahkan waktu yang terbatas, mungkin waktu yang tepat belum ada.
Seperti pertemuan kita beberapa waktu lalu. Kamu masih seperti dulu, kamu masih cantik. Tuturmu yang membuatku ingin selalu mendengarnya, tak ingin beranjak dari dirimu. Oh.... aku tak ingin bila semuanya berlalu dari benakku. Yang berbeda, mungkin sekarang ku tak bisa ucapkan kata sayang lagi. Meski demikian, jujur aku rindu dengan semua yang pernah ada.
Suasana hening dimalam hari dimana kita biasa lewati batas hari. Ku bisa mendengar cerita-cerita kecil sebagai obat rinduku padamu.
Kamu hadir disaat yang tepat, saat aku butuh teman yang bisa membuka mata ini, yang terus terlarut dalam kesendirian. Juga sikap antiku terhadap wanita namun masih dalam kewajaran, dan sikapku yang tertutup.
Kebersamaan denganmu yang membuatku ingin selalu dekat denganmu, menumbuhkan rasa rindu yang sangat akan kebersamaan itu.
Ya, aku akan cerita ke kamu, tentang problem yang aku alami. Sekedar mengingatkan Gee, kamu tahu kan tentang masa laluku yang 'anti' akan wanita? dan tak heran kalau aku punya masalah tentang cewek.
Ku tarik nafas perlahan dan ku hembuskan kemudian. Sejenak ku terdiam untuk mulai bercerita.
Saat ini aku sedang atau pernah (aku bingung harus bilang apa) dekat dengan cewek. Pertama kali kenal sejak awal puasa tahun 2006 lalu. Aku kenal dia lewat sms nyasar, sama seperti pertama kali aku kenal kamu. Usianya diatasku. Bagiku bukan masalah karena aku lebih senang berteman dengan cewek yang usianya diatasku dan dewasa, kalaupun usianya dibawahku aku harap dia lebih dewasa daripada umurnya. Alasan mengapa aku lebih suka dengan orang yang lebih dewasa karena aku merasa lebih nyaman saja. Upps,. Malah jadi ceramah hehe,.
Awalnya tak ada yang spesial hubunganku dengan dia. Semua berjalan seperti biasa. Saling kirim SMS atau telpon, sekedar tanya kabar juga kesibukan masing-masing. Aku juga ada curhat ke dia tentang masa laluku, keluarga, sikap 'antiku' dan apa yang pernah terjadi dengan kita. Dia pun cerita tentang keluarga, juga pacarnya yang sudah bekerja di luar kota.
Hingga suatu ketika dia ada curhat, kalau hubungan dia dan pacarnya ada problem. Hal yang lumrah bagi orang yang menjalin hubungan apalagi kalau long distance. Rasa saling percaya yang super ekstra dan komunikasi yang lancar harus dipenuhi, dan jangan dekati kata selingkuh.
Suatu ketika di akhir bulan mei 2007, kami berjanji untuk ketemu. Dia datang dengan keponakannya. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Jujur Gee, meski kadang aku malas ngobrol atau sekedar basa-basi ke cewek yang belum aku kenal, tapi soal janji ketemu dengan orang atau cewek yang belum aku tau atau kenalpun aku bersedia. Seperti kata kamu dulu yang selalu ku ingat Gee, kalau aku harus berubah. Sekarang aku mulai tak canggung dengan lawan jenis. Mungkin karena lingkungan yang membuat aku berubah. Perlahan tapi pasti perubahan ke arah positif terjadi. Insya Allah. Doain aja.
Setelah pertemuan itu, dia lebih sering kirim SMS atau telpon aku. Akupun belum 'ngeh' dengan perubahan yang terjadi saat itu. Hingga suatu malam di awal bulan juni dia kirim sms yang kurang lebih isinya, semenjak pertemuan denganku, dia ngerasa ada yang mengganjal seolah dia ingin lebih dekat denganku.
Saat itu aku tak tahu bagaimana aku membuat kesimpulan dan mengambil sikap. Akupun bertanya padanya maksud ucapannya itu, aku mau tahu detil pastinya. Mungkin kamu berkesimpulan bahwa dia ada rasa ke aku. Jujur Gee, seumur-umur baru pertama kalinya ada cewek yang mengungkapkan perasaannya ke aku (bukan ge-er Gee, serius), dan yang membuatku bingung adalah statusnya yang sudah punya pacar, aku tak mau memperkeruh suasana. Jika sebatas teman curhat yang berusaha mencari solusi permasalahannya aku tak keberatan. Kamu sendiri sedikit banyak tahu tentang aku dulu seperti apa. Belum pernah menjalin hubungan spesial atau pacaran. Karena bagiku menjadi pemuja rahasia sudahlah cukup.
Pertama kalinya aku mengungkapkan rasa sukaku ke cewekpun ke kamu. Semoga kamu tidak keberatan jika aku mengingat masa lalu itu, karena bagiku yang berlalu tak dapat berlalu begitu saja. Berharap kamu memahami. Maafkan aku Gee.
Alasan mengapa waktu itu tidak berterus terang dan bicara langsung tentang rasa sukaku ke kamu adalah, karena begitu takutnya aku kehilangan kamu. Juga perasaan bingung apakah kamu keberatan dengan caraku --bagaimana aku berusaha untuk lebih dekat dengan kamu-- itu.
Hingga akhirnya aku hanya berani mengungkapkan lewat tulisan yang harus ku bayar mahal sebagai resiko ke-pengecutanku. Yakni kepastian yang lama kunanti, sebuah jawaban pasti. Persahabatanlah yang terbaik untuk kita.
Entah kapan tepatnya aku merasakan apa yang pernah dia katakan padaku. Aku berkesimpulan dari adanya perasaan rindu, perasaan rindu yang sangat hingga timbul rasa takut akan kehilangan. Aku benar-benar jatuh hati Gee.
Meski sama-sama tahu akan adanya rasa itu, belum ada kata resmi adanya something spesial. jalani aja dulu, begitu alasannya.
Tentang status hubunganku dengannya, kami menyebutnya 'yang didepan mata'. Sering kali aku menyinggung 'yang didepan mata' ini. Dia selalu menolak, perlu waktu yang tepat alasannya. Dia katakan padaku, tak hanya aku pria yang dekat dengannya. Ada teman prianya yang tiba-tiba berterus terang ingin menjalin hubungan spsial dengannya, pria ini sudah lama memendam perasaan sukanya. Bahkan ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Ditambah lagi hubungan dia dan pacarnya yang masih menyimpan problem.
Aku katakan padanya, kan berusaha untuk siap menerima semua keputusan 'yang didepan mata' demi yang terbaik untuknya. Aku pun rela menangguhkan rasa sayangku demi aku tak kehilangan dia meski cintanya tak berpihak padaku.
Awalnya berjalan baik hingga aku berfikir ini akan berjalan baik seterusnya, terlalu pede dan egois memang. Banyak salah paham yang terjadi selanjutnya. Sebetulnya tak banyak tapi karena efeknya besar maka terkesan banyak. Aku belum bisa kasih detilnya, yang pasti salah paham itu membuatku berubah.
Huh... capek! Namanya cinta segalanya jadi berubah. Aku yang egois, yang hanya ingin tahu jika iya bilang 'iya' jika tidak bilang 'tidak', tak demikian dengan cinta. Seluruh tenaga dan pikiran terkuras, benar-benar tercurah dengan namanya cinta! Ku berusaha menghilangkan salah paham dan tumbuhkan rasa saling percaya antara aku dan dia. Pertama kalinyalah aku dibuat pusing karena cinta seperti ini. Ya, semua harus berubah dan perlu perubahan juga pengorbanan.
Selanjutnya komunikasi aku dan dia tak berjalan baik, itulah yang aku rasakan. Setiap aku mengirim SMS selalu tak ada balasan dari dia. Tidak seperti biasanya dia selalu membalas pesan dariku. Aku pernah menanyakan langsung padanya lewat telpon. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku telah berbuat salah, hingga sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.
"pokoknya ada....nggak tahu....lagi malas ngomong aja....lagi nggak mood....dll."
Bukan jawaban penjelasan yang aku dapat, malahan membuatku bingung.
Aku minta maaf jika telah buat salah padanya. Kamu tahu apa yang dia katakan kepadaku?
"udah bikin enjoy aja...tak usah terlalu dipikirkan...kamu tidak salah..." Begitu mudahnya dia bicara, sedangkan aku dibuat bingung karena tak ada jawaban pasti darinya. Bila demikian, terkadang aku berfikir untuk apa dia ungkapkan perasaannya ke aku waktu itu. Mungkin aku pun tak melibatkan perasaan yang habis terkuras. Cukup menjadi teman dan bersahabat tak perlu ada hati yang terluka.
Seminggu telah berlalu. Selama itulah aku mengirimkan pesan, dan tak satupun yang ia balas. Seminggu yang kunanti terasa sangat panjang. Bagai menanti hujan dimusim kemarau. Bukan maksudku untuk berlebihan, tapi itulah yang kurasa.
Tanpa jawaban pasti kulewati hari-hari. Hingga dimalam ini, aku sadar, aku menerka, yang jalas tak setengah sadar. Aku telah mendapatkan jawaban atas semua diamnya padaku. BAHWA TAK ADA LAGI RINDUNYA PADAKU!
Mungkin dia tak ingin menyakitiku lebih dalam, dan tak ingin membuatku terkapar oleh angan-angan yang terbayang. Dia ingin agar aku sadar bahwa 'yang didepan mata' telah dijawab dengan diamnya.
Yang tak kurelakan, seakan ia mempermainkanku dengan jawaban yang takpernah terucap.
Membangunkan pengemis lapar yang terlelap tidur, setelah terbangun memintanya tidur lagi. Bagaimana rasanya? Sakit memang.
Teringat perkataan dari sebuah novel yang pernah ku baca. Apabila kamu tidak dapat memiliki apa yang kamu cintai, maka cintailah apa yang kamu miliki.
Apa yang aku miliki? Kini tak ada lagi. Kecuali, sebuah kenangan.
Aku cinta kau dan dia.